PT PELABUHAN Indonesia III (Persero)/Pelindo III, Badan Usaha Milik Negara BUMN) yang bergerak di sektor jasa kepelabuhanan, berkomitmen meningkatkan efisiensi biaya logistik nasional. Hal ini dapat dilihat dari upaya peningkatan aksesibilitas dan konektivitas antarpelabuhan, termasuk dengan pelabuhan di luar wilayah kerja Pelindo III. Salah satunya adalah melalui pola windows system. Berbasis pola tersebut, pengguna jasa mempunyai kepastian bahwa kapalnya akan bersandar dan mendapat pelayanan bongkar muat tanpa terkendala waktu tunggu kapal (zero waiting time), yang dengan sendirinya dapat memicu peningkatan produktivitas bongkar muat yang diberikan Pelindo III.
Dengan tak adanya waktu tunggu kapal dan tingginya produktivitas bongkar muat mempercepat waktu kegiatan kapal di pelabuhan, hingga biaya operasional kapal akan kian berkurang yang pada akhirnya akan menurunkan biaya logistik. Improvement yang dilakukan Pelindo III dengan penerapan standar pelayanan, terutama pelayanan peti kemas dengan penyiapan fasilitas dan peralatan yang memadai.
I Gusti Ngurah Ashkara Danadputra, CEO Pelindo III, mengatakan saat ini Pelindo III telah menyiapkan 41 unit Container Crane (CC), 28 Harbour Mobile Crane (HMC), dan 75 Rubber Tyred Gantry (RTG). Ujarnya: “Dengan kekuatan alat produksi yang dimiliki saat ini, Pelindo III terus berupaya memberi layanan dengan cepat dan aman bagi pengguna jasa. Ke depannya produktivitas dan peremajaan alat akan terus dilakukan. Direncanakan, secara bertahap sampai dengan tahun 2020 akan dilakukan penambahan peralatan berupa 10 unit CC, 10 HMC dan 15 unit RTG baru. Selain program pengadaan alat baru, kami juga concern terhadap maintenance alat tersebut, agar availability di atas 90% yang artinya alat dalam kondisi “sehat” dan siap untuk dioperasionalkan”.
Menangapi pernyataan tersebut, Stenven Handry Lesawengan selaku Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) Indonesia National Shipowner Asosiaasociation (INSA, Asosiasi Pemilik Kapal) Surabaya, mengungkapkan bahwa lima tahun yang lalu, Pelindo III untuk mencapai kinerja box crane per hour 25 boks/jam saja sangat sulit, namun pada saat ini sudah mampu mencapai 30-an lebih boks/jam. Ujarnya: “Bahkan kini dengan kehadiran Terminal Teluk Lamong kinerja bongkar muat sudah mencapai 40 boks/jam. Hal itu sudah sangat sesuai dengan keinginan pengguna jasa”.
Lebih lanjut, Stenven menyampaikan perbaikan yang dilakukan Pelindo III tak hanya perbaikan fisik atau infrastruktur, tetapi juga perbaikan non-fisik seperti peningkatan nilai-nilai integritas dalam bekerja melalui semboyan “no tipping”untuk pelayanan pandu.
Hal senada juga diungkapkan oleh Hengky Pratoko Ketua DPW Asosiasi Forwarding dan Logistik Indonesia (ALFI/ILFA) Provinsi Jawa Timur, yang menyampaikan saat ini Pelindo III sudah melakukan banyak perbaikan dalam standar pelayanan. Hengky memberi masukan perlu dikembangkan integrasi sistem dan informasi dengan instansi terkait. Seperti antara lain dengan Balai Karantina dan Bea Cukai. Terkait pelayanan impor diharap tersedia Tempat Pemeriksaan Fisik Terpadu (TPFT) untuk memangkas waktu proses pemeriksaan petikemas, seperti halnya yang sudah diterapkan di TPK Semarang. Selain itu, perlu ada penyeragaman pelaksanaan Verified Gross Mass (VGM) untuk tingkatkan safety operasional.***ERICK A.M.