Cilacap/Trenggalek. Maritim
DINILAI lebih efektif dan efisien dibanding lewat darat, Pemprov Jateng akan optimalkan pengiriman barang ke berbagai daerah melalui tol laut. Heru Sudjatmoko Plt Gubernur Jateng Jumat lalu berucap: “Tol laut lebih efektif dan efisien karena mampu mengangkut barang sangat banyak. Tol laut wilayah selatan ini tak hanya mengangkut barang, tetapi juga penumpang. Wacana ini sudah dapat dukungan Menteri Perhubungan”.
Hal itu dikemukakan saat peresmian pelayaran perdana kapal perintis tol laut jalur selatan Jawa di Kabupaten Cilacap, menggunakan KM “Bintan Utama” berdaya angkut 4.400 ton, dengan waku tempuh dari Dermaga Wijayapura Cilacap sampai Banyuwangi sekitar 49 jam.
Plt Gubernur Jateng juga berpesan: “Pengusaha dan pelaku UMKM di pesisir selatan Jawa saat ini tak perlu khawatir tingginya biaya kirim barang ke berbagai daerah pasca peresmian tol laut di jalur selatan Jawa. Kalau sebanyak 4.400 ton barang diangkut menggunakan truk melalui jalur darat, dibutuhkan banyak kendaraan dan akan memakan waktu lebih lama dibanding lewat jalur laut”.
Selain tol laut di Jateng wilayah barat dan selatan, Pemprov Jateng juga usulkan adanya tol laut di pesisir utara, di Pelabuhan Tegal dan Pelabuhan Juwana, Kabupaten Pati. Langkah itu sebagai upaya mendukung perdagangan antarpulau, termasuk mengangkut dan mengirim beragam produk UMKM dari Jateng ke berbagai daerah di penjuru nusantara.Ujarya: “Tol laut seperti ini tidak hanya di wilayah selatan dan barat, daerah pesisir pantai utara nantinya juga diharap ada tol laut”.
Pada kesempatan terpisah, Cawagub Jatim Emil Dardak Bupati Trenggalek dalam cuti, saat debat kedua Pilgub Jatim menyebutkan, jika hasil tangkapan ikan di Prigi menurun, baiknya nelayan segera mengkonvesi kapal 10 GT menjadi 100 GT, dengan harapan kuantitas hasil tangkapan ikan lebih besar.
Pernyataan Emil yang sejak lama ”ngebet” membangun pelabuhan niaga sebagai matarantai tollaut pantai selatan Jawa, ditanggapi oleh Joko Santoso, nelayan asal Prigi. Menurutnya: “Meskipun diberi kapal besar, belum ada jaminan kalau hasil tangkapan akan banyak. Sebab banyak penyebab yang membuat mencari ikan di laut jadi tak mudah. Dengan menggunakan kapal besar diperlukan biaya operasional besar pula. Bagi nelayan Prigi, meskipun diberi kapal besar tetap akan mubazir karena mereka tak mau melaut lebih dari satu minggu”.
Joko justru berharap, mestinya Emil bukan tawarkan kapal besar bagi nelayan. Tetapi cari solusi menjaga stabilitas harga ikan ketika musim ikan. Ujar joko: “Mestinya pak Emil tidak hanya tawarkan kapal besar pada nelayan, karena yang kami harapkan pemerintah dapat hadir ketika harga ikan anjlok saat musim ikan seperti saat ini. Sekedar contoh, harga ikan tongkol, jika tidak musim ikan per kilo bisa sampai Rp 20 ribu, tapi saat musim ikan harganya anjlok hingga Rp 5 ribu per kilonya”.
Disinggung mengenai solusi stabilitas harga ikan saat musim paceklik ikan, yang dmenurut Emil harus mendorong nelayan agar bergerak pada sektor UKM dan pertanian, langsung ditimpali oleh Joko. “Kalau musim paceklik ikan, kami sudah sejakdulu terbiasa beralih pada sektor pertanian, hingga tak perlu didorong-dorong”.
Pernyataan Emil Dardak soal pengadaan kapal besar bagi nelayan disampaikan Emil ketika ia berupaya memberikan jawaban atas pertanyaan dari Puti Guntur Soekarno soal anjloknya hasil tangkapan ikan nelayan di laut Prigi Trenggalek, serta solusi apa yang harus ditawarkan untuk nelayan, dalam debat Pilgub putaran kedua.***ERICK A.M.