Ubud Bali, Maritim
LEBIH dari 160 pembicara yang berasak dari berbagai penbjuru dunia, salah satunya Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia DR (HC) Susi Pudjiastuti, akan didatangkan dan diminta melakukan orasi budaya di depan peserta gelar “Ubud Writers & Readers Festival” (UWRF) 2018. Janet DeNeefe founder dan Director UWRF mengatakan Susi akan hadir dalam salah satu panel diskusi UWRF, bersamaan dengan agendanya ke Bali pada Oktober 2018 untuk menghadiri Our Ocean Conference 2018.
Selain itu, akan hadir pula pegiat kebebasan beragama yang adalah putri mantan Presiden ke-4 RI Yenny Wahid, Pendiri Africa Rising Foundation sekaligus cucu dari mantan Presiden Afrika Selatan yang pertama Ndaba Mandela, dan seorang penyair legendaris yang masih aktif berkarya hingga usia senja yakni Sapardi Djoko Damono.
Pembicara lainnya terdiri dari penulis, jurnalis, pegiat seni, akademisi, seniman, musisi, pelestari alam, dan tokoh penting lainnya. Festival yang memasuki tahun ke-15 ini akan diselenggarakan pada 24-28 Oktober 2018. Ujar DeNeefe dalamn resmi Selasa (14/8/2018) lalu: “Mereka berasal dari sekitar 30 negara berbeda dan sedang bersiap menuju jantung kota Ubud yang asri untuk memperdengarkan kisah-kisah hebat mereka, membagikan ide dan gagasan yang tak terbatas, serta bertemu dengan para penikmat sastra dan seni dari seluruh dunia”.
Sederet nama yang telah membesarkan dunia sastra Indonesia seperti Dee Lestari, Leila S. Chudori, Aan Mansyur, dan Avianti Armand juga akan hadir. Dari luar negeri, terdapat nama Hanif Kureishi, Kim Scott, dan Geoff Dyer. Para sineas Tanah Air seperti Kamila Andini, Garin Nugroho, dan Richard Oh juga dijadwalkan hadir.
Tahun ini, UWRF menampilkan tema ‘Jagadhita’ yang diambil dari filosofi Hindu kuno yang berbicara mengenai kebahagiaan dan kesejahteraan di jagat raya, serta pencarian manusia akan keselarasan hidup dalam konsep tersebut. Lewat tema ini, para pembicara akan ajak pengunjung ikut membedah sisi lain dunia yang telah ‘dibentuk’ manusia.
UWRF juga akan membahas beberapa isu di balik dunia sastra dan budaya, hingga bahasa tentang pelestarian alam, feminisme, politik, spiritual, dan isu global yang berkembang.
Memungkasi penjelasannya, DeNeete mengatakan: “Setelah 15 tahun, kami merasa festival ini telah memenuhi tujuannya, yaitu menjadikan Ubud sebagai pusat bagi para pencinta sastra baik secara nasional maupun internasional dan telah mampu membangkitkan minat terhadap sastra Indonesia”.***ERICK ARHADITA