Banyuwangi, Maritim
“FESTIVAL Gandrung Sewu yang menjadi ikon gelar budaya di ujung timur Pulau Jawa, akan kembali masuk 100 calendar of event nasional bersanding dengan event budaya lain di Indonesia. Gelar tahunan itu, layak masuk kalender wisata nasional setelah melalui kurasi. Tim kurator Kemenpar menilai kualitas pelaksanaan Gandrung Sewu terus menunjukkan peningkatan. Untuk masuk top 100 kalender event nasional, suatu event harus bersaing dengan lebih dari 200 event lain dari berbagai event se-Indonesia. Gandrung Sewu lolos penilaian tim dan dinyatakan layak masuk dalam Top 100 Calendar of Events” jelas Menteri Pariwisata Arief Yahya, Minggu (21/10/2018).
Menurut Menpar, Gandrung Sewu, memiliki keunggulan dari tiga nilai sebagai pertunjukan seni yang baik, meliputi creativity, cultural, commercial (3C). Ujar Menpas pula: “Gandrung Sewu ini sangat kreatif. Mulai dari jumlah penampilnya yang kolosal, konfigurasi tarinya apik kelas dunia, dan yang jelas sangat cameragenic. Indah di kamera, sekaligus indah di offline”.
Nilai lainnya, adalah pertunjukan ini berakar dari budaya lokal Banyuwangi. Dan yang paling penting, Gandrung Sewu mampu menggeliatkan ekonomi daerah. Menurut Menpar pula: “Warung dan restoran rakyat ramai diserbu ribuan wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus). Imbasnya: hotel dan penginapan penuh, wisatawan belanja oleh-oleh, ekonomi kerakyatan terpicu tumbuh. Dan yang tak kalah penting, ada dukungan yang penuh dan sangat kuat dari kepala daerahnya terhadap sektor pariwisata”.
Arief menambahkan, selain Gandrung Sewu, event International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) dan Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) juga dipastikan kembali masuk event nasional 2019. Bahkan, BEC masuk top 10 event nasional.
Terkait hal tersebut, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyambut gembira kabar tersebut. Ungkapnya: “Terima kasih kepada Kemenpar yang terus dukung perkembangan pariwisata di Banyuwangi. Lepas dari kenyataan bahwa Menteri Pariwisata-nya adalah orang Banyuwangi, ini akan menjadi spirit bagi kami untuk lebih kreatif menggarap sektor wisata sebagai sarana menggerakkan ekonomi warga”.
Inovasi Berkelanjutan: Sabtu (20/10/2018), Festival Gandrung Sewu di Kabupaten Banyuwangi sukses digelar untuk kedelapan kalinya. Dari tahun ke tahun gelaran berbasis budaya lokal ini selalu memberi decak kagum bagi ribuan wisatawan yang datang dan memadati Pantai Boom. Gerak rampak 1.773 penari Gandrung berkostum merah menyala dengan latar belakang Selat Bali mampu menghipnotis ribuan wisatawan yang hadir.
“Saya salut dengan Banyuwangi. Lagi-lagi Banyuwangi menunjukkan kelasnya sebagai destinasi pariwisata, dengan kreativitas yang luar biasa” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya yang kala itu membuka acara, Minggu (21/0/2018).
Tahun ini, tema yang diusung Festival Gandrung Sewu adalah “Layar Kumendung”, suatu kisah kepahlawanan dari Bupati Banyuwangi pertama, Raden Mas Alit. Sosok yang diangkat menjadi bupati kala berusia 18 tahun itu harus mengambil sikap di antara dua pilihan sulit, yaitu terdesak mengikuti perintah penjajah yang menindas atau melakukan perlawanan bersama rakyat yang semakin tak berdaya pascaperang penghabisan.
Di tengah konflik batin itulah, tari Gandrung digambarkan sebagai media konsolidasi kekuatan rakyat Banyuwangi. Tak hanya berkamuflase dengan memanfaatkan pertunjukkan seni, tapi juga menjadi sarana menghibur dan memperkuat batin rakyat yang terkungkung penjajah. Semua fragmen cerita disajikan dengan koreografi yang memukau.
Menpar mengatakan, Gandrung Sewu memiliki memenuhi tiga nilai pertunjukan yang baik, yaitu cultural atau creative velue, communication value, hingga commercial value. Ujarnya:
“Nilai kultur dan kreativitasnya sangat terasa. Tingkat komunikasinya tinggi, terbukti selalu viral di media sosial. Dan yang terakhir, dari sisi komersil tidak perlu diperdebatkan lagi. Pesawat penuh, penginapan penuh, kuliner ramai. Rakyat Banyuwangi yang menikmati”.
Menyaksikan gelar tahunan itu, Wagub Jatim Saifullah Yusuf (Gus Ipul) berharap, festival seni-budaya terus menjadi bagian dari pengembangan daerah. Jelasnya: “Jawa Timur adalah daerah kaya seni-budaya, dan Banyuwangi telah terbukti mampu mengolah untuk majukan daerah serta memberi manfaat ekonomi untuk warga”.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Prof Renald Kasali, yang juga dikenal sebagai motivator marketing mengatakan, atraksi wisata budaya itu telah mengerek pemasaran daerah. Ujarnya: “Banyuwangi berhasil mengubah dirinya dengan inovasi berkelanjutan”.
Memberi penjelasan terkait festival kesenian tahunan di daerahnya, Bupati Banyuwangi Azwar Anas mengatakan bahwa Festival Gandrung Sewu adalah bagian dari konsolidasi kebudayaan dengan kemasan pariwisata. Memungkasi penjelasannya, Bupati Banyuwangi katakan: “Penonton dapat menyaksikan unsur pendidikan tentang cinta bangsa yang begitu kuat. Jadi tidak semata-mata atraksi wisata. Festival ini juga menjadi sarana regenerasi pelaku seni-budaya berbasis tradisi kesenian yang hidup di tengah rakyat. Peminatnya tiap tahun terdiri dari ribuan anak muda. Insya Allah Banyuwangi tidak akan kekurangan generasi pencinta seni-budaya, sekaligus ini ikhtiar memajukan kebudayaan daerah sebagai pilar kebudayaan nasional,” pungkas Anas. ***ERICK ARHADITA