DENPASAR – MARITIM : Ketergantungan Bali terhadap industri pariwisata, kian terasa saat akhir-akhir ini muncul kendala eksternal. Setelah keluarnya travel warning dari beberapa negara yang merupakan penyumbang jumlah wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali seperti Australia, muncul pula bencana alam erupsi Gunung Agung serta gempa di Lombok, maka jumlah kunjungan wisman mengalami penurunan cukup signifikan.
Mencermati fenomena tersebut, para pemangku kepentingan industri pariwisata Bali mulai berfikir mencari penyeimbang, agar bila terjadi hal-hal tak diinginkan, perekonomian Bali tak mengalami guncangan besar. Salah satu sektor industri yang kian dapat perhatian adalah pertanian, yang harus didorong untuk berorientasi ekspor karena disamping akan memiliki nilai ekonomi lebih, juga akan memberi keseimbangan hingga perekonomian Bali tak hanya didominasi sektor pariwisata.
Terkait hal tersebut, Causa Iman Karana Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali, katakan dengan meningkatkan ekspor hasil pertanian atau perkebunan, maka Bali akan memiliki nilai tambah ekonomi yang akan mwemiliki dampak pada kesejahteraan masyarakat maupun pertumbuhan ekonomi.
Lebih Berimbang: Namun menurut Causa tak saja ekspor yang perlu dipikirkan, tetapi juga sisi produksi harus ditingkatkan aspek kualitas dan kuantitasnya. Ujarnya: “Dengan terjadi peningkatan hasil pertanian Bali, akan mampu membantu Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali dalam meningkatkan ekspor dan mengembangkan pertanian dalam arti luas sesuai visi misi Pemprov yang saat ini bertumpu pada Nangun Sat Kerthi Loka Bali”.
Causa juga berharap, agar struktur perekonomian Bali agar yang selama ini lebih didominasi oleh sektor pariwisata akanb dapoat lebih berimbang, dan tidak seperti yang serlamna ini terjadi ketimpangan pada sektor pariwista. Semoga kedepan mampu bergeser agar lebih berimbang serta kekuatan yang lebih besar dari sektor pertanian dan perkebunan.
Ia menambahkan dengan adanya hasil perkebunan dan pertanian yang berkualias ekspor, seperti yang telah dirintis oleh eksportasdi buah manggis ke Tiongkok akhir-akhir ini, kelak mampu meningkatkan cadangan devisa juga. Sementara, jika dilihat pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi Bali dinilai cukup baik dengan capaian 5,9% – 6,3% serta mampu menekan laju inflasi terkendali sebesar 3,1%.
Lindungi Produk: Pada dasarnya, Pemprov Bali telah menunjukkan komitmennya dangan menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) No: 99 tahun 2018 yang dinilai akan mampu menjadi titik temu kebutuhan pembeli (buyer) dengan produk petani lokal. KPw BI Provinsi Bali Causa Iman Karana, Rabu (9/1) di Sanur, Denpasar menjelaskan: “Dengan Pergub itu, kami harap petani dapat mempersiapkan produksi sesuai jumlah dan kualitas sesuai dengan permintaan pasar. Kesiapan ini penting karena buyer dari hotel atau supermarket hanya akan membeli sesuai kualitas, hingga jumlah produksi harus disiapkan”.
Menurut KPw BIBali, Pergub no 99/2018 sangat bagus karena akan mampu melindungi produk pertanian, perikanan dan industri lokal Bali. Kendati serapan terhadap produk lokal baru tercapai sekityar 60%, namun semuanya dinilai memiliki manfaat yang positif. Bali pun siap karena memiliki pasar yang besar. Imbuhnya: “Jangan sampai produk yang dinikmati justru datangnya dari luar Bali. Kini tinggal tunggu bagaimana gal itu dapat terealisasi”.
Menurut Causa, pengusaha harus siap dan petani juga siap dari sisi jumlah. Adanya Pergub selaras dengan upaya BI yang selama ini menggaungkan pertumbuhan ekonomi baru hingga poertumuhannya dapat dapat seimbang, tak hanya pertanian produk lokal namun industri kreatif juga bisa tumbuh dengan seimbang.
Memungkasi penjelasan, KPw BI Provinsi Bali berucap: “Selain beri kepastian pemasaran, Pergub ini bertujuan memberi kepastian harga jual terhadap produk pertanian, perikanan dan industri lokal Bali. Pergub juga akan mengatur tata niaga produk pertanian, perikanan, dan industri lokal Bali yang berpihak kepada masyarakat Bali, meningkatkan kuantitas dan kualitas serta kontinuitas produksi hingga meningkatkan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat”. (Erick Arhadita)