MAKASSAR – MARITIM : Program tol laut, Pemerintah tidak hanya memberikan subsidi pada pengoperasian kapal , tetapi juga subsidi penuh dalam membangun kapal yang dibiayai oleh APBN 100 persen dan dibuat oleh industri galangan dalam negeri.
“Dalam kurun waktu empat tahun sejak 2015, Kementerian Perhubungan telah membangun 100 unit kapal pendukung tol laut. Masing-masing , 60 unit kapal perintis, 15 unit kapal kontainer, 20 unit kapal Rede dan 5 kapal ternak, termasuk juga kapal-kapal pelayaran rakyat,” urai Direktur Jenderal Perhubungan Laut yang diwakili oleh Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Capt. Wisnu Handoko, Jumat (1/3), saat melepas KM. Kendhaga Nusantara 2
dari PT. Industri Kapal Indonesia (PT. IKI) Makassar menuju Pelabuhan Teluk Bayur .
Wisnu mengatakan, hari ini kita telah sama-sama menyaksikan pelepasan kapal KM. Kendhaga Nusantara 2 yang akan ditempatkan di pangkalan Teluk Bayur untuk mendukung trayek tol laut.
Hal ini sekaligus, membuktikan keseriusan pemerintah dalam mencanangkan program yang dikenal dengan Poros Maritim Dunia.
“Indonesia tidak akan menjadi poros maritim dunia jika tidak memiliki kapal. Untuk itu, kapal-kapal kita harus dibangun di galangan dalam negeri, kita yang buat sendiri, dioperasikan sendiri dan didaftarkan sebagai kapal berbendera Indonesia untuk mengangkut muatan nasional,” jelas Wisnu.
Setelah kapal tiba di Pelabuhan Teluk Bayur lanjutnya, dalam 5 hari ke depan, rencananya akan dilakukan penyerahannya kepada PT. ASDP Indonesia yang telah ditunjuk sebagai operator kapal. Ini sekaligus menjadi bukti adanya sinergi BUMN yang luar biasa untuk kemajuan bangsa Indonesia.
Dikatakan, Indonesia tidak akan menjadi poros maritim dunia jika tidak memiliki kapal. Untuk itu, kapal-kapal kita harus dibangun di galangan dalam negeri, kita yang buat sendiri, dioperasikan sendiri dan didaftarkan sebagai kapal berbendera Indonesia untuk mengangkut muatan nasional.
Ia berharap ,suatu saat nanti Indonesia bisa membuat kapal kargo besar berukuran di atas 50.0000 DWT untuk pengangkutan muatan ekspor impor Indonesia. Kapal ini dibangun dengan komponen sebagian besar menggunakan komponen dalam negeri walaupun mungkin mesin induknya saja yang masih menggunakan produk negara lain.
“Kita harus menuju ke arah kemandirian maritim. Kami berharap ke depannya galangan kapal tidak hanya tumbuh di wilayah tengah dan barat saja tetapi juga di wilayah timur juga karena sekitar 60 % kapal-kapal perintis beroperasi di wilayah timur. Oleh karenanya, perlu dilakukan perbaikan dan pengaturan yang sistematis khususnya dalam efisiensi penggunaan anggaran yang sesuai untuk docking dan pemeliharaan kapal,” tutup Wisnu.(Rabiatun)