SEMARANG – MARITIM : Kendala utama yang sering dikeluhkan pelaku bisnis logistik dan transportasi di Semarang, ialah gangguan banjir rob sepanjang jalan Ronggowarsito serta akses lain yang menuju/dari Pelabuhan Tanjung Emas. Tidak saja di musim penghujan, banjir acap kali terjadi di sisi utara ibukota Provinbsi Jawa Tengah (Prov Jateng) itu. Bahkan pada saat kemarau tinggi sekalipun, kawasan ini sering tergenang oleh intrusi air laut yang merembes ke darat.
Dalam kajian ilmiah disebutkan: karena tumbuh dan berkembang di bagian lahan “muda” yang daya dukungnya masih labil, rerata setiap tahun “kota bawah” Semarang mengalami menurunan sekitar 6 Cm. Kecepatan penurunan ini bukan hanya disebabkan daya dukung lahan, tetapi juga perilaku eksploitasi penggunaan air tanah yang disebabkan keperluan penunjang industri yang tumbuh pesat, serta masyarakat yang “latah” menggali sumur bor. Fenomena ini ditambah dengan gejala efek rumah kaca yang memicu percepatan kenaikan permukaan air laut.
Sejak dua dekade lalu, PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)/Pelindo III, terus berusaha untuk membebaskan agar infrastruktur utama di pelabuhan yang berkembang sebagai gerbang ekspor/impoir Jateng ini tak “tertelan” oleh kenaikan permukaan air laut. Untuk itu Pelindo III telah tiga kali meningkatkan ketinggian lahan dan dermaga, dengan urukan rerata 60 Cm. Mutakhir Pelindo III juga membangun sistem polderisasi dengan biaya cukup besar.
Pengendali Rob: Menyadari bahwa masalah ‘Semarang kaline banjir’ bukan hanya semata-mata monopoli pelabuhan, maupun Pemprov dan Pemkot saja, pada akhirnya pemerintah pusat turun tangan dan menetapkan proyek pengendalian banjir bagi ibukota Provinsi Jawa Tengah ke dalam tanggung jawab negara. Untuk itu, saat ini, Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat (PUPR) sedang menyelesaikan sejumlah infrastruktur pengendali banjir rob di Semarang, yang sering kali tergenang air disebabkan kenaikan permukaan air laut serta penurunan lahan. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, dengan beroperasinya pompa di Sungai Sringin dan Tenggang sudah dapat mengatasi banjir rob yang sering menggenangi beberapa wilayah di Semarang seperti Genuk, Kaligawe, dan sekitarnya.
Memberi keterangan lewat rilis Senin lalu, Menteri menjelaskan: “Disebabkan terjadinya intrusi hingga hampir setiap hari terkena rob yang menggenangi kawasan industri di sisi utara kota Semarang sejak beberapa tahun terakhir, hingga jalan yang ada juga rusak terus, banyak pabrik yang terpaksa menghentikan aktifitasnya. Namun berdasar laporan mutakhir, pabrik-pabrik di sekitar sini sudah mulai aktif kembali”.
Diungkapkan, untuk menahan limpasan rob, telah dibangun tanggul rob sepanjang 2,17 km mulai dari Kampus Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), melingkari kawasan industri Terboyo hingga Kali Sringin. Sepanjang tanggul dirapikan dengan menanami pepohonan dan memberi penerangan yang baik, hingga dapat dipergunakan untuk aktivitas sosial bahkan olahraga perairan antara lain untuk rawing/dayung.
Kementerian PUPR melalui BBWS Pemali Juana bekerja sama dengan Pemerintah Kota Semarang sejak bulan Desember 2016 telah memulai pembangunan pengendali banjir rob Semarang yang dibagi dalam dua paket pekerjaan, yakni Sistem Polder Sringin dan Tenggang. Saat ini dari sisi pekerjaan kedua paket progres fisiknya telah mencapai 90% dan ditargetkan akan dapat rampung pada bulan Juni 2019.
Ditahan Tanggul: Pekerjaan Paket I mencakup pembuatan kolam retensi Banjardowo berkapasitas 30.000 m3, normalisasi serta perbaikan parapet Kali Sringin, pembangunan pintu muara dan Polder Kali Sringin dengan tanggul dari Kali Tenggang ke Sringin.
Polder Sringin tersebut dilengkapi dengan pompa berkapasitas 5 x 2 m3 per detik yang dapat berfungsi memompa air rob kembali ke laut. Pekerjaan paket I dilakukan lewat sistem Kerja Sama Operasi (KSO) antara kontraktor PT ADHI-PT Basuki dengan pendanaan APBN 2016-2019 senilai Rp 202,12 miliar.
Untuk pekerjaan Paket II berupa pembuatan kolam retensi Rusunawa Kaligawe berkapasitas 66.000 m3, pembangunan pintu muara dan Polder Tenggang di muara Kali Tenggang dengan tanggul penahan air di kawasan terminal angkutan umum serta kawasan industri Terboyo dan normalisasi serta perbaikan parapet Kali Tenggang. Polder Tenggang dilengkapi pompa berkapasitas 6 x 2 m3 per detik. Pekerjaan paket II dilakukan kontraktor PT. WIKA -PT. AMB (KSO) dengan pendanaan APBN 2016-2019 senilai Rp 259,26 miliar. Lebih lanjut, Menteri Basuki menuturkan, saat ini Semarang memiliki 5 polder untuk mengatasi banjir rob.
Pada tahun 2016, sudah dirampungkan polder Banger, hingga banjir dan rob di Pelabuhan Tanjung Emas hingga Semarang Tengah relatif dapat tertangani. Sedang untuk dua polder lainnya yakni polder Tawang dan polder Kali Semarang sudah beroperasi sejak tahun 2014.
Selain pembangunan polder, Semarang juga memiliki proyek pembangunan bendung gerak/ karet di sungai Kanal Banjir Barat (KBB) yang juga jadi bagian infrastruktur pengendali banjir di Ibu Kota Jawa Tengah tersebut.
Pada musim hujan, air yang masuk di Sungai KBB akan ditahan bendung tersebut. Saat batas ketinggian air mencapai elevasi 2,5 meter, maka air langsung didorong karet bendungan ke hilir sungai dan masuk ke laut. Sementara pada musim kemarau bendung karet sepanjang 155,5 meter tersebut juga berfungsi sebagai long storage yang dapat menampung sekitar 700.000 m3 air. Pengerjaan proyek pembangunan bendung karet KKB telah dilakukan sejak November 2017 dengan nilai kontrak Rp 147,24 miliar. Konstruksi dikerjakan PT Adhi Karya dan Minarta. Saat ini, progres fisiknya sebesar 68,3%, dengan target beroperasi pada bulan Mei-Juni 2019.
Juga Pekalongan: Tak hanya di Semarang, proyek pengendali banjir rob juga dibangun di Pekalongan. Saat ini, progres pengerjaan tanggul sudah mencapai 60%, hingga Menteri Basuki menargetkan pada musim hujan mendatang sudah dapat dioperasikan.
Pengendalian banjir dan rob di Kota dan Kabupaten Pekalongan menggunakan sistem polder. Total panjang tanggul yang dibangun sepanjang 7,2 km. Proyek ini terdiri dari tiga paket yang terdiri dari Paket I berupa pekerjaan tanggul dan long storage 2,85 km lebar 30 m, normalisasi dan pemasangan parapet sungai Mrican, serta pembangunan rumah pompa Mrican dan Silempeng.
Pekerjaan dilakukan oleh kontraktor PT Bina Mitra Indosejahtera-PT Aset Prima Tama (KSO) dengan pendanaan APBN 2017-2019 Rp 145,47 miliar. Paket II berupa pekerjaan tanggul dan long storage 2,1 km lebar 30 meter, normalisasi dan pemasangan parapet Sungai Bremi dan Meduri 4,46 km, pembangunan rumah pompa Sengkareng. Pekerjaan dilakukan oleh kontraktor PT PP-PT SAC Nusantara (KSO) dengan pendanaan dari APBN 2017-2019 senilai Rp 193 miliar. Paket III berupa pekerjaan tanggul dan long storage sepanjang 2,31 km dan lebar 10 meter serta pembangunan rumah pompa. Dikerjakan oleh PT Hutama Karya dengan pendanaan APBN 2017-2019 senilai Rp 127,5 miliar.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono berharap, dengan dioperasikannya fasilitas pengendali banjir di Semarang ini akan dapat meningkatkan peran kawasan industri di sepanjang pantai utama mulai Pekalongan hingga Kudus. Dengan meningkatnya kapasitas pabrik-pabrik yang menghasilkan komoditas ekspor itu, diharap pula Pelabuhan Tanjung Emas Semarang akan makin cepat dapat memposisikan diri sebagai pelabuhan kelas dunia. (Erick Arhadita)