JAKARTA– MARITIM : PT Bank Syariah Mandiri atau Mandiri Syariah sampai dengan kuartal IV 2018 lalu mencatatkan kinerja positif. Hal ini tercermin dari perbaikan sisi aset , transaction banking
dan pembiayaan perseroan, yang tumbuh 11,63 persen.
Direktur Utama Mandiri Syariah Toni E.B. Subari dalam paparan kinerja keuangan Mandiri Syariah 2018, Senin (11/3) menuturkan, hingga akhir 2018 lalu total aset perseroan mencapai Rp 98,34 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 11,83 persen dari tahun sebelumnya (YoY) sebesar Rp 84,09 triliun.
Tentang aset dikatakan, peningkatan didorong oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh sebesar 12,30 persen (yoy) dari Rp77,90 triliun per Desember 2017 menjadi Rp87,47 triliun pada Desember 2018. Komposisi Low Cost Fund sebesar Rp44,46 Triliun, tumbuh 10,16 persen (yoy) atau porsinya 50,82 persen dari total DPK yang berhasil dihimpun.Dengan penambahan 759 ribu rekening baru, lanjutnya, total rekening nasabah Mandiri Syariah per Desember 2018 menjadi 7,99 juta rekening.
Manajemen, lanjut Direktur Finance and Strategy Ade Cahyo Nugroho, akan tetap focus pada penghimpunan dana murah dan melanjutkan fitur-fitur digital bank untuk meningkatkan transaksi. ‘’Kami paham dunia keuangan sudah berubah dengan hadirnya fintech,’’ kata dia.
Ditambahkan, karena itu bank harus berbenah dengan menyediakan fitur yang sesuai kebutuhan nasabah. Dari sisi segmen, Perusahaan tetap fokus pada segmen ritel.Saat ini fitur yang telah dikembangkan Mandiri Syariah adalah QR Pay, serta layanan crowdfunding.
‘’Sebagai institusi syariah kami percaya bahwa salah satu ciri khas kaum milenial adalah peduli dan berbagi,’’ kata dia, seraya menambahkan, kini perseroan menghadirkan fitur wakaf digital melalui mobile banking dan web khusus, selain fitur pembayaran zakat yang sudah hadir lewat mesin ATM dan mobile.
Lebih jauh tentang pembiayaan, dikatakan, hingga akhir 2018 Mandiri Syariah telah menyalurkan sebesar Rp67,75 triliun atau tumbuh 11,63 persen dibanding Rp60,69 triliun pada akhir 2017. Penumbuhan pembiayaan tersebut diiringi dengan perbaikan kualitas yang tercermin dari penurunan NPF Nett turun dari 2,71 persen jadi 1,56 persen.
Sedangkan, pembiayaan segmen Ritel mencatatkan pertumbuhan lebih tinggi. Segmen ini tumbuh sebesar 15,49 persen semula Rp34,59 triliun per akhir 2017 menjadi Rp39,95 triliun per akhir 2018. Adapun pembiayaan segmen Wholesale (Korporat dan Komersial) tumbuh 6.5 persen YoY semula Rp26,1 triliun pada akhir 2017 menjadi Rp27,79 triliun pada akhir 2018.(Rabiatun)