PRAYA LOTENG – MARITIM : Ketika Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), mulai kick off membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, muncul pesan khusus ‘jangan mengulang lagi kesalahan seperti ketika membangun Nusadua di Bali!’ Kini, ketika badan usaha tersebut memasuki rencana menyelenggarakan kompetisi balap motor bergengsi dunia, MotoGP, tampaknya perlu juga diperingatkan ‘jangan ulangi kesalahan seperti di sircuit Sentul !’
Kendati olahraga otomotif sering dinilai urusan para elit di negeri ini, tetapi riwayat balap “jet darat” ini di Indonesia sudah lama beredar. Dalam format embrional sudah dimulai sejak 27 Maret 1904 berdiri Javasche Motor Club di Semarang. Organisasi ini kian besar, hingga ketika tahun 1950 terjadi pengakuan kedaulatan, mengubah nama menjadi Ikatan Motor Indonesia (IMI) di bawah naungan Kementerian Perhubungan dan dipimpin oleh Ir. H. Djuanda hingga tahun 1958.
Dalam perkembangannya, IMI berhasil menyelenggarakan lomba balap porsi lokal hingga global. Terakhir kali Indonesia jadi tuan rumah balap motor internasional di sircuit Sentul, Bogor, Jawa Barat pada 7 April 1996. Saat itu, para jawara yang jadi pemuncak balap antara lain Mick Doohan (Australia) di kelas 500cc, Tetsuya Harada (Jepang) di kelas 250cc dan Mayaki Tokudome (Jepang) di kelas 125 cc. Sementara itu Tadayuki Okada masih menjadi bintang di trek 500cc, Max Biaggi di kelas 250cc dan Valentino “The Doctor” Rossi masih berlaga di kelas 125cc.
Kendala Dana: Sircuit Sentul merupakan pindahan dari Ancol yang lahannya diakuisisi oleh Taman Impian Jaya Ancol. Tiga orang pelopor pembangunan Sentul adalah Tommy (Hutomo Mandala Putra) Soeharto – Tinton Suprapto dan Tunky Aribowo. Peresmian sircuit dilakukan oleh Presuden Soeharto pada 23 Agustus 1993. Sempat beredar kabar sircuit Sentul akan digunakan kembali untuk seri MotoGP 2017. Namun, ternyata hingga kini hal itu tak kunjung terealisasi. Penyebabnya adalah ketidak cocokan fee sebesar US$.100 juta. Lebih-lebih, kemudian terjadi krisis ekonomi global tahun 1997, ketika Indonesia juga ikut terimbas.
Namun kali ini, ITDC telah berhasil meneken kesepakatan dengan Dorna, promotor MotoGP dan World Superbike. Dengan demikian, dipastikan jika dua kompetisi tersebut bakal digelar di Indonesia, dengan mengambil lokasi di KEK Mandalika sebagai ikon wisata yang tengah naik daun. Pembangunan sirkuit MotoGP di Mandalika diagendakan dimulai Oktober 2019. Sirkuit tersebut akan dibangun oleh ITDC, bekerja sama dengan VINCI Construction Grands Projects. Trek balap yang akan dibangun di salah satu dari 10 destinasi wisata prioritas Indonesia itu berjenis sirkuit jalan raya.
Potensi keuntungan atas dibangunnya Sirkuit MotoGP di Mandalika telah diungkapkan oleh Haji Lalu Pathul Bahri, Wakil Bupati Lombok Tengah, dengan prediksi akan banyak dampak positif yang timbul dan dialami masyarakat daerah itu. Ujar Wabub Loteng, di Praya, seperti dilansir Antara, Minggu (24/2/2019). Jelasnya: “Makin banyak orang datang, makin banyak yang menginap dan berbelanja. Kalau sudah begitu, pergerakan ekonomi Loteng akan jadi lebih baik dan meningkat,”
Pemkab Loteng percaya pembangunan sirkuit MotoGP akan diiringi munculnya pusat-pusat perbelanjaan, penginapan, dan pelbagai spot wisata lain yang akan memicu peningkatan kunjunganb wisatawan nusantara (wisnus) maupun wisman utamanya dari negara-negara Asean seperti Singapura, Thailand dan Malaysia serta Tiongkok, Jepang dan Australia yang masing-masing telah pernah menikmati sensasi MotoGP (dan Formula-1) di negerinya.
Jika terwujud, sirkuit MotoGP di Mandalika akan dapat menampung ratusan ribu penonton. Kapasitas kursi penonton di stand utama sirkuit Mandalika direncang mampu menampung 93.200 penonton. Kemudian, akan ada 138.700 area tanpa tempat duduk dan hospitality suites yang mampu menampung 7.700 penonton. Mereka akan dapat menyaksikan para pembalap berpacu di lintasan sepanjang 4,32 kilometer (km) yang memiliki 1 lintasan lurus dan 18 tikungan.
Ratusan ribu penonton yang datang dipercaya mampu menggairahkan aktivitas ekonomi, terutama industri pariwisata dengan penunjangnya, di Loteng. Menurut Pathul Bahri: “Pada dasarnya pariwisata daerah itu sudah berkembang beberapa tahun terakhir, hingga mampu memicu Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor ini meningkat dari Rp.35 miliar pada 2-3 tahun lalu, kini meningkat menjadi Rp.200 miliar. Kami bersyukur dari sektor pariwisata yang tadinya kecil sekarang sudah kian besar. APBD kami yang tadinya hanya Rp.900 miliar sekarang menjadi Rp.2,3 triliun”.
Prediksi keuntungan bagi masyarakat dari penyelenggaraan MotoGP juga diakui Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Mohamad Fauzal. Dia mengaku belum bisa merinci apa saja upaya Pemprov NTB mendorong terciptanya keuntungan tinggi dari penyelenggaraan MotoGP. Tetapi, Fauzal percaya banyak dampak positif yang akan dapat dirasakan Pemprov NTB dan masyarakat di Lombok nantinya. Ujarnya pula: “Tentu itu keuntungan akan banyak sekali, mulai dari hotel, tempat-tempat wisata dan oleh-oleh. Tapi untuk detail nanti saya kabari lagi karena harus dirinci dulu,”.
Industri Motor
Rencana digelarnya MotoGP di Mandalika juga disambut pelaku industri sepeda motor. PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) misalnya, menyebut rencana itu bisa memotivasi pembalap asal Indonesia untuk bisa bertanding di tingkat internasional. Menurut Manager Marketing YIMM Antonius Widiantoro penyelenggaraan MotoGP akan membuat popularitas Indonesia di mata dunia meningkat. Selain itu, angka peningkatan penjualan sepeda motor diharap terjadi sebagai dampak dari penyelenggaraan pentas olahraga tersebut.
“Harapannya, dengan adanya MotoGP di Indonesia, tren penjualan dan demand semakin baik. Kalau untuk mendatangkan pembalap MotoGP, Yamaha sudah sering melakukannya. Seperti VR46 [Valentino Rossi] dan MV12 [Mavericks Vinales] yang baru awal bulan kemarin datang ke Indonesia” ucapnya kepada awak media
Antonius menyinggung akan ada kejutan yang diberikan pihak Yamaha jelang digelarnya MotoGP 2021. Tetapi, dia belum mau menjelaskan lebih lanjut rencana kejutan tersebut.
Tanggapan lain diberikan Direktur Pemasaran PT Astra Honda Motor (AHM) Thomas Wijaya. Dia menyebut kabar diselenggarakannya MotoGP di Mandalika membawa angin segar bagi pengembangan turisme dan dunia balap dalam negeri. Menurut Thomas, pengembangan dunia balap di Indonesia harus dilakukan secara serius. Dia yakin di masa depan akan ada pembalap dari Indonesia yang ikut bertanding di pentas MotoGP.
“Kami berharap dapat memperkokoh pembinaan balap berjenjang dan terstruktur yang sudah kami implementasikan secara berkesinambungan sejak 2013,” tutur Thomas.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Hari Budianto optimistis perhelatan MotoGP di Indonesia mampu meningkatkan penjualan aksesoris sepeda motor. Dia menilai berbagai pernak-pernik yang identik dengan para pembalap MotoGP pasti akan diincar pecinta olahraga itu. Lanjut Hari: “Pernak-pernik yang identik dengan para legenda itu akan mempunyai pasar tersendiri dan booming (aksesoris, helm, dan lain-lain). Pada akhirnya dengan potensi di atas, ekonomi masyarakat Lombok pada khusunya akan meningkat, di mana tentunya akan baik juga buat penjualan sepeda motor”.
Potensi Keuntungan: Meski yakin akan adanya dampak positif, pemerintah belum memiliki estimasi keuntungan dari penyelenggaraan MotoGP di Indonesia. Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Guntur Sakti mengaku saat ini, seluruh pihak terkait masih fokus pada penyelesaian pembangunan sirkuit MotoGP. Ujarnya: “Perhitungan kami belum sampai ke sana. Yang harus dipastikan dulu adalah di tahun 2021 mendatang venue-nya sudah dapat siap”.
Arief Yahya, Menteri Pariwisata (Menpar) sempat mengemukakan keinginannya agar KEK Mandalika dikembangkan jadi destinasi wisata olahraga. Kawasan itu dipandang berpotensi menjadi tujuan wisata olahraga setelah dibangunnya lapangan golf dan sirkuit MotoGP. Kemenpar menargetkan penyelenggaraan MotoGP dapat datangkan 100.000 wisman ke Lombok. Mereka menyebut sudah membantu pendanaan kepada ITDC agar mendapatkan lisensi penyelenggaraan MotoGP 2021.
Dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu, Menpar mengatakan: “Untuk mengadakan MotoGP, kita harus memiliki lisensi. Untuk itu dibutuhkan investasi sebesar €9 juta, sekitar Rp143 miliar. Kemenpar akan memberi bantuan sebesar €1 juta, sekitar Rp15 miliar. Dan sisanya, kami mengharap kerja sama ITDC dengan pemerintah daerah dan sponsor”.
Saat ini, di Mandalika telah berdiri sejumlah hotel dan sarana serta prasarana penunjang pariwisata. Pengembangan Mandalika sebagai KEK diserahkan sepenuhnya kepada ITDC.
KEK Mandalika tercatat memiliki luas total 1.175 ha. Kawasan itu terletak di selatan Pulau Lombok dan di dalamnya terdapat bentangan 16 km pantai pasir putih. ITDC berencana untuk menyediakan 10.000 lebih kamar hotel bagi wisatawan.
Mayoritas hotel yang akan dibangun berkelas bintang 4 dan 5. ITDC juga akan membangun kondominium, townhouse, dan vila di KEK Mandalika. Diprediksi nantinya akan terdapat 1.584 unit perumahan. Dikutip dari laman resminya, ITDC katakan 5,5% wilayah Mandalika akan dibangun untuk pengembangan kawasan komersial, dilengkapi sejumlah infrastruktur dasar seperti penyaring air, sel surya, pengolahan air bersih dan limbah, serta pendukung aksesibilitas yang juga akan disediakan di Mandalika.
Sedemikian banyak hal yang membebani ITDC menghadapi event akbar ini. Salah satu yang perlu diingatkan ialah: potensi munculnya faktor non-terknis, seperti fenomena perjudian terbuka seperti casino maupun terselubung lewat “bawah tangan” yang lazim mengiringi gelaran global. Konon, industri perjudian jadi pekerjaan “sampingan” para pendukung finansial pesta olahraga bernilai ratusan juta dollar AS, dan di Indonesia perjudian masih dilarang berdasar UU No.11/2008 dan pasal 303 KUHP. (Erick Arhadita)