Denpasar– Maritim
DIPERKIRAKAN kondisi pariwisata Bali pasca status “siaga”-level 3 Gunung Agung akan cepat berangsur nomal pada akhir tahun. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati Ketua Perhimunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali mengatakan status “Awas” yang dicabut akhir Oktober lalu tak dengan serta merta membuat pulihnya indusri pariwisata, karena pada November memang musim sepi (low session) wisatawan mancangara (wisman). Ungkapnya Minggu lalu: “Para pelaku pariwisata optimistis bahwa pada akhir tahun nanti, industri pariwisata Bali akan kembali normal dan pencapaian target bisa terpenuhi”.
Menurut Oka Artha yang akrab disapa Tjok Ace, keyakinan tersebut diiringi dengan kerja keras untuk melakukan kontak para pelaku wisata dengan kolega, mitra, dan jaringan di luar negeri bahwa Bali cukup aman dikunjungi dan hanya radius sekitar 7,5 km dari kawah gunung Agung yang rawan bencana. Namun Cok Ace enggan memberi tanggapan mengenai kejadian meletusnya Gunung Agung pada Selasa 21/11/2017) kemarin. Ia hanya katakan: “Kita lihat bersama untuk beberapa waktu mendatang, apakah letusan Gunung Agung akan mengulang tragedi tahun 1963, atau jusru akan segera reda”.
Pada 2017 Bali diharap mampu mendatangkan 6 juta wisman dan 8 juta wisatawan domestik (wisdom). Harapan itu didukung kenyataan bahwa hingga September lalu telah berhasil dicapai kunjungan 5,2 juta wisman dan sekitar 7 juta wisdom. Prof. Nyoman Darma Putra, pengamat pariwisata yang juga Ketua Program Studi Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana optimistis pemulihan pariwisata Bali akan berlangsung dengancepat. Katanya: “Dulu ketika terjadi tragedi bom 2002 dan 2005 diramalkan industri pariwisata Bali akan terpuruk berkepanjangan, ternyata pemulihan lebih cepat dari yang dibayangkan”,
Merutnya traveling sudah merupakan kebutuhan warga dunia dan pasca peristiwa bencana, misalnya, tak menghalagi mereka untuk melancong. Dia berharap para pelaku usaha pariwisata merespons dengan mengemas paket wisata dan tetap melakukan promosi mengiringi pemberitaan mengenai kondisi terkini Bali.
Dalam pada itu, Ida Bagus Gde Sidharta Putra, Ketua Umum “Sanur Village Festival” mengatakan sebagai pengusaha jasa pariwisata selalu tertantang jika ada kendala, apalagi jika mampu mengemasnya menjadi peluang. Pasca tragedi bom di Bali, misalnya, justru telah berhasil menggugah kesadaran membuat sesuatu untuk mengangkat citra bahwa pariwisata Bali tetap tegak.
“Pada mulanya memang sulit untuk meyakinkan, tetapi agenda tahunan Yayasan Pembangunan Sanur sejak 2006 lalu telah membuktikan mampu mengangkat kembali pamor pariwisata Bali” kata penggagas Sanur Village Festival tersebut.
Sidharta Putra mengatakan aktivitas festival yang telah 12 kali digelar itu bukan hanya berdampak positif bagi pariwisata, tetapi juga menggerakkan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah serta mendorong industri kreatif. Kini, puluhan festival digelar oleh swasta maupun pemerintah daerah di seluruh Bali.
Menutup penjelasannya, ia mengatakan: “Festival merupakan salah satu sarana efektif untuk promosi, asal memiliki keunikan, dikelola secara profesional, dan digaungkan secara internasional”.***ADIT/Dps/Maritim