Denpasar, Maritim
BIASANYA Pantai Sanur kurang ramai pengunjung pada hari kerja. Namun agaknya untuk kali ini pengunjung datang bukan hanya sekedar berlibur, tetapi juga merayakan sepekan Idul Fitri atau biasa disebut dengan Lebaran Ketupat, yang oleh sebagan warga disebut sebagai Lebaran Topak.
Umunya muslim di Bali yang oleh penganut hindu disebut Nyama Selam (saudara yang menganut Agama Islam), memang merayakan lebaran dengan cara khusus. Satu minggu setelah lebaran mereka akan mendatangi Pantai Sanur bersama keluarga besar sambil membawa aneka makanan dengan sajian utama ketupat.
Dengan menggelar tikar, mereka menikmati suasana sore Pantai Sanur sambil memakan perbekalan ketupat lengkap dengam sayur dan opor ayam.
Di antara mereka, terdapat Mohammad Yusuf, bersama (seorang) istri dan tiga anaknya telah merayakan tradisi lebaran ketupat di Pantai Sanur sejak tahun 2000. Tradisi ini rutin dia lakukan setiap satu minggu setelah lebaran. Taretan dibbi’ kelahiran Bangkalan Madura dan kini tinggal di Klungkung, datang jauh-jauh ke Pantai Sanur yang terletak di Denpasar untuk merayakan Lebaran Ketupat.
“Ini ramai-ramai kesini, saya bawa ketupat, rujak, kare ayam, hingga semur sapi” ujarnya, Jumat (22/6/2018) lalu.
Demkian pula Umi Marpu’ah, pendatang kelahiran Songenep (Madura Timur) telaha biasa merayakan lebaran ketupat sejak pertama kali tinggal di Bali 30 tahun lalu. Menurutnya, lebaran ketupat sudah menjadi tradisi yang rutin diadakan setiap Idul Fitri. Ia nyatakan
tak tahu pasti alasan perayaan ini dilakukan. Namun, lebaran ketupat menurutnya menjadi tradisi rutin yang wajin dilakukan tiap tahun.
“Seperti umumnya warga Kampung Jawa, tekka’a enje’ oning polana, meskipun tak tahu sebabnya, kami datang ke sini merayakan Lebaran Topak, seperti tradisi keuarga kami sejak di Songenep dulu” katanya. ***ADIT/Dps/Maritim