ALJIR BY WIRE – MARITIM : Sebagai salah satu langkah perbesar produksi minyak dari luar negeri, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pertamina (Persero) sedang berupaya menyelesaikan pengembangan lapangan migas Menzel Lejmet North (MLN) di Aljazair. Lapangan MLN, yang dikendalikan melalui Pertamina Internasional EP, kini memproduksi minyak rerata 19.000 barel per hari (bph). Ladang minyak yang terletak di Gurun Sahara ini berproduksi sejak 2003, lima tahun sejak pertama kali ditemukan pada 1998.
Ujar Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu di sela kunjungannya ke Aljazair, Rabu (18/12/2019): “Kami sedang upayakan pengembangan Lapangan MLN untuk ekspansi tahap kedua, bekerja sama dengan Repsol. Proyek pengembangan fase 4 Lapangan MLN perlukan investasi US$180 juta dan telah dimulai akhir 2017. Bila semua lancar, proyek tersebut akan selesai April 2020”.
Pertamina perkirakan ekspansi ini dengan tambahan 12 sumur baru, akan tambah produksi sebanyak 2.500 bph. Selain itu, pengembangan tersebut akan menghasilkan gas yang bakal dimanfaatkan untuk injeksi pengeboran. Selama ini, produksi Lapangan MLN baru sebatas minyak, sementara potensi gas belum dimanfaatkan. Tutur Dharmawan: “Hasil produksi minyak kami bawa ke Indonesia untuk kebutuhan dalam negeri. Kontribusi dari lapangan ini mampu mencapai 3,5 juta-4 juta barel per tahun.”
Selain MLN, Pertamina juga memiliki saham partisipasi di Lapangan Ourhoud sebesar 3%, dan Lapangan EMK sebesar 15%. Adapun total produksi dari tiga lapangan ini yang menjadi bagian Pertamina sebanyak 23.000 bph. Pertamina menjadi operator Lapangan MLN pada Mei 2014 setelah mengakuisisi 65% saham ConocoPhillips, AS. Sementara untuk Repsol, perusahaan minyak dari Spanyol, bergabung pada 2016 setelah mengambil alih saham Talisman, AS.
Aljazair, merupakan salah satu dari 13 negara yang Pertamina memiliki portofolio usaha hulu minyak dan gas bumi. BUMN migas ini juga melakukan ekspansi di beberapa negara, antara lain di Tanzania, Gabon, Prancis, dan Malaysia. Namun, Lapangan MLN merupakan satu-satunya sumber minyak yang dioperatori oleh Pertamina dengan partisipasi saham 70%. Selebihnya, portofolio tersebut berstatus nonoperasi dan Pertamina bukan pemegang saham pengendali.
Adapun Pertamina jadi perusahaan kedua milik negara yang melakukan ekspansi ke Aljazair setelah sebelumnya PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Selain sebagai operator, BUMN ini juga memasok kebutuhan minyak untuk pengeboran SF05, ke Aljazair dari hasil produksi kilang di Balikpapan. Terkait hal itu, menurut Dharmawan, pengembangan bisnis hulu di luar negeri merupakan salah satu upaya Pertamina dalam mendapat suplai minyak untuk kebutuhan domestik. Kini, produksi Pertamina dari lapangan migas di luar negeri sekitar 100.000 bph.
WIKA Bidik Tanzania
Sementara itu, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. memantapkan ekspansinya ke benua Afrika dengan menambah portofolio proyek di Tanzania, sejalan penandatanganan framework agreement di Daer Es Salaam, Selasa (17/12/2019). Penandatanganan dilakukan antara Direktur Operasi Luar Negeri Wijaya Karya Destiawan Soewardjono dengan representasi eksekutif National Service Cooperation Sole untuk sejumlah industri dan infrastruktur di Tanzania senilai lebih dari US$50 juta.
Kerangka kerja sama serupa juga dilakukan dengan Commonwealth Investment Company Limited (CICL) Tanzania untuk perencanaan pembangunan hotel bintang 5 di Dodoma, Ibu Kota baru Tanzania, senilai US$33 juta. Hadir menyaksikan penandatanganan, antara lain Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Negara Urusan Investasi Tanzanina (Hon) Angela Karuki, Dirjen Asia Pasifik Kementerian Luar Negeri Desra Percaya, Direktur Afrika Kementerian Luar Negeri Daniel Tumpal Simanjuntak, beserta representasif diplomatik kedua negara.
Dalam keterangan resmi, Rabu (18/12/2019), Menko Luhut mengatakan Indonesia siap berbagi pengalaman dan transfer teknologi pada kerja sama dengan Tanzania untuk meningkatkan value addition terhadap bahan baku dari Tanzania. Menteri Negara Urusan Investasi Tanzanina (Hon) Angela Karuki menyatakan komitmen untuk mendorong kerja sama investasi yang saling menguntungkan dan memberi nilai tambah terhadap berbagai industri kedua negara. Ujarnya: “Saya mewakili Presiden Magufuli mengapresiasi kunjungan kerja Menko Luhut Panjaitan ke Tanzania menjalin kerja sama di berbagai sektor potensial, antara lain di sektor kelapa sawit, perikanan, pariwisata, kelapa dan batu mulia”.
Wijaya Karya targetkan nilai kontrak baru dari luar negeri mencapai Rp6 triliun pada 2020. Sebelumnya, Destiawan mengatakan angka tersebut lebih tinggi dari target 2019 yang senilai Rp5 triliun. Saat ini, perseroan telah berada di sembilan negara dan tahun depan akan diperluas ke 3 negara lain, yaitu Madagaskar, Mauritius, dan Ethiopia.
Untuk pengembangan bisnis di tiga negara tersebut emiten dengan kode saham WIKA ini menggandeng badan usaha milik negara lain. Perseroan bekerja sama dengan PT Inka untuk di Madagaskar dan PT Angkasa Pura II (Persero) untuk Mauritius. Sementara untuk proyek di Ethiopia, perseroan bekerja sama dengan anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., yaitu PT GMF AeroAsia Tbk. (Erick Arhadita)