BAGI warga suku Tionghoa, Provisi Jawa Tengah dan kota Semarang, sudah tidak lagi dianggap sebagai tanah perantauan, tetapi merupakan bumi kelahiran. Sejarah mencatat jejak perniagaan yang dawali oleh Oet Tiong Ham hingga konglomerasi usaha rokok hingga kuliner yang lain, tumbuh dan kian besar di Jawa Tengah. Mencermati hal terebut, tak salah bila Pemprov Jateng menargetkan kunjungan 1,2 juta wisman pada 2020 mendatang dengan strategi membidik Tiongkok sebagai tujuan utama sasaran pemasaran pariwisata. Jumlah wisman yang disasar, seiring dengan total target nasional yang pada tahun sama mencapai 20 juta wisman. Urip Sihabudin, Kadis Pemuda, Olahraga & Pariwisata Jateng mengatakan Tionkok menjadi prioritas, mengingat potensi negara tersebut memiliki potensi demografis dan ekonomis yang sangat besar.
“Potensi jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi Tiongkok sangat besar dan perhatian mereka terhadap wisata “melacak jalur sutera” juga tinggi. Karenanya saat ini kami fokus menggarap pasar tersebut. Namun terdapat beberapa kendala dalam menggaet wisatawan dari negeri Tirai Bambu itu. Di antaranya masalah masih minimnya sumber daya manusia pemandu wisata di Jateng yang menguasai bahasa Mandarin. Karena kami akan lakukan pelatihan meningkatkan kualitas SDM ” ujar Urip kepada maritim.com.
Joko Suratno Ketua DPD Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Jateng mengatakan target 1,2 juta wisatawan mancanegara pada 2020 sangat besar namun tak mustahil direalisasikan. Dia menyebut, pada tahun lalu kunjungan wisatawan asing ke Jateng hanya sekitar 400 ribu orang. Untuk merealisasikan target itu pihaknya memiliki komisi khusus yang menggodok paket wisata Jateng untuk wisman. Pemasaran pariwisata Pemprov Jateng menggunakan satu brand yang sama dengan pusat: Wonderful atau Pesona Indonesia. Dia berharap hal itu juga diikuti setiap daerah yang menonjolkan pariwisata di Jateng.
“Sudah disampaikan ke pemerintah untuk sama-sama dipromosikan. Tidak jauh dengan destinasi atau atraksi yang sedang dipromosikan pemerintah pusat dan provinsi yaitu Borobudur, Karimun Jawa, Dieng, dan Sangiran. Tetapi saat ini promosi ke empat daerah tujuan wisata (DTW) utama itu belum maksimal. Baru Borobudur yang berkontribusi besar. Untuk itu, kami tidak mau menunggu lama hingga tiga tahun ke depan, sejak tahun ini dan tahun depan, pengembangan pasar ke Tiongkok harus sudah berjalan maksimal. Karenanya kami lakukan kerja sama dengan perusahan penerbangan ang melayani rute Tiongkok ke Semarang dan Solo untuk membuka penerbangan langsung. Saat ini, belum ada penerbangan langsung dari negeri berpenduduk terbesar di dunia itu. Dominasi wisman asal Tiongkok ke Jateng saat ini merupakan “muntahan” dari Singapura dan Malaysia. Padahal, seharusnya potensi wisman itu harus digarap melalui pintu masuk langsung yang mendarat bukan lewat Bali dikirim ke Jateng” ujar Joko.
Berdasar BPS Jateng, kuartal I/2017 kedatangan wisman lewat Bandara Adi Sumarmo Solo, mencapai 1.526 orang, menurun 17,87% dibanding tahun lalu sebanyak 1.858 orang.
Sebaliknya kedatangan wisman melalui Bandara Ahmad Yani Semarang meningkat 73,54%, Januari-Maret 2017 sebanyak 5.791 orang, sementara pada kurun waktu yang sama tahun lalu tercatat 3.337 orang. ***ERICK A.M.