PEMERINTAH dalam waktu dekat akan menyelesaikan hal-hal terkait pembangunan proyek kereta api semicepat Jakarta-Surabaya. Budi Karya Sumadi Menhubkatakan dalam waktu kurang dari sebulan ke depan, pemerintah akan lakukan finalisasi agar proyekdapat segera dimulai. Tetapi hal itu masih menunggu persetujuan presiden. Ujar Menhub Rabu lalu: “Proyek kereta semicepat Jakarta-Surabaya akan kami finalisasi minggu depan, sebab terkait hasil kajian tentang apa, bagaimana prasarananya dan sinkronisasi dengan lintasan sebidang. Kami berharap agar segera dapat diusulkan ke presiden. Bila tahap-tahap finalisasi sudah rampung, nanti berbagai hal menyangkut proyek itu dapat segera dibahas lebih lanjut dengan presiden yang selanjutnya akanputuskan moda dan jenis mana yang jadi pilihan akhir. Setelah disetuji presiden, dilanjut studi kemudian dimulai pertengahan 2018”.
Kendati proyek masih dalam tahap feasibility study,tetapi fihak JICA sudah nyatakanniatan bergabung dalam pembiayaan. Tetapi karena saat ini belum terdapat keputusan pasti, mereka minta agar studi proyek dipercepat. Utamanya dalam tentukan tiga pilihan: “nebeng” di jalur lama, rehabilitasi/revitaliisasi atau membangun jalur baru.
Tekait proyek pembangunan kereta api semicepat Jakata-Surabaya, Jusuf Kalla Wakil Presiden kepada Menhub dan Men.PUPR yang menghadap melaporkan progres proyek, juga minta agar menggunakan jalur eksisting agar pembangunannya lebih cepat tanpa pindahkan stasiun. Budi Karya Sumadi Menhub dan Basuki Hadimuljono Men PUPRbertemu Wapres untuk laporkan tahap rencana pembangunan serta membahas kemungkinan pemanfaatan jalur eksisting dengan menyelesaikan 500-800 perlintasan sebidangtanpa menimbulkan kemacetan dan diperkirakan akan cukup aman dilintasi kereta api dengan kecepatan diatas 160 km per jam, dengankapasitas yangmencapai dua kali sehari.
Dengan menggunakan rel yang ada, tak bermasalah dengan tanah dan bisa dilakukan bertahap serta tinggal menyelesaikan anggaran perlintasan sebidang, sesuai dengan kondisi lapangan apakah akan dibuat flyover maupun underpass. Teknologi yang digunakan tetap memakai diesel agar investasinya bisa ditekan dari Rp.80 triliun. Bahkan kemungkinan bisa lebih murah, dengan menerapkan teknologi mortar busa (CMP) seperti yang diterapkan di underpass Antapani Bandung.***ERICK A.M.