Industri Keramik Masih Menderita, Stabil IKI September 2024 Ditopang 21 Subsektor Ekspansi

JAKARTA-MARITIM : Stabilnya Indeks Kepercayaan Industri (IKI) September 2024 ditopang oleh 31 subsektor mengalami ekspansi dengan kontribusi terhadap PDB Industri Pengolahan Nonmigas Triwulan II/2024 sebesar 97,3%. Industri Barang Galian Non-Logam merupakan subsektor dengan kenaikan nilai IKI tertinggi. Sedangkan subsektor yang mengalami kontraksi adalah Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik dan Industri Pengolahan Lainnya.

Tingginya permintaan pada industri semen untuk mendukung pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) diduga mendorong kenaikan IKI Industri Barang Galian Non-Logam.  Sedangkan industri keramik masih menderita akibat banjir produk impor, meskipun terdapat beberapa produk industri keramik seperti saniter yang meningkat permintaan dan ekspornya.

“IKI September 2024 mencapai 52,48, cenderung stabil dibandingkan Agustus 2024 sebesar 52,40, meskipun sedikit melambat 0,03 poin dibandingkan September tahun lalu,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif, di Jakarta, Senin (30/9).

Jika dilihat lebih detail, berekspansinya IKI bulan ini ditunjang oleh ekspansi ketiga variabel pembentuknya. IKI variabel pesanan baru ekspansi sebesar 51,95 pada September 2024, meskipun mengalami perlambatan sebanyak 2,71 poin dibandingkan Agustus 2024. Demikian juga dengan nilai IKI variabel persediaan produk yang mengalami ekspansi sebesar 55,85 atau naik 0,31 poin, serta nilai IKI variabel produksi yang pada bulan ini mengalami ekspansi sebesar 51,12 setelah beberapa bulan sebelumnya selalu dalam fase kontraksi, serta naik sebesar 4,58 poin dari 46,54 pada bulan Agustus.

Peningkatan harga komoditas utama seperti minyak sawit dan karet, juga penurunan harga energi seperti minyak mentah ikut andil dalam ekspansi IKI September. Di samping itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Agustus 2024 menunjukkan peningkatan keyakinan konsumen dengan peningkatan Indeks Penghasilan sebesar 1,5 poin. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dan Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (Durable Goods) juga tetap terjaga pada area optimis, masing-masing sebesar 107,6 dan 111,5, yang menunjukkan terjadinya perbaikan daya beli masyarakat dari bulan Agustus kemarin. Hal ini diduga berdampak pada konsumsi September ini, sehingga mendorong kinerja industri tetap ekspansi.

Adapun subsektor yang mengalami kontraksi, yaitu Industri Pengolahan Lainnya, teridentifikasi mengalami penurunan pesanan, baik di luar negeri maupun dalam negeri. Industri Pengolahan merupakan salah satu subsektor yang sangat bergantung pada permintaan khususnya permintaan luar negeri.

“Kondisi perekonomian negara mitra mempengaruhi pesanan dan harga jual subsektor industri pengolahan lainnya. Selain itu, kendala waktu tunggu pengiriman diduga menyebabkan penumpukan persediaan sektor ini,” ungkap Febri.

Meskipun demikian, beberapa sektor mengalami peningkatan nilai IKI dimana peningakatan terbesar terjadi pada Industri Barang Galian Non-Logam sebesar 4,84 poin dibandingkan bulan sebelumnya, dan disusul Industri Kertas dan Barang dari Kertas dengan peningkatan nilai IKI sebesar 3,52 poin dibandingkan bulan sebelumnya dan kembali ekspansi setelah sebelumnya kontraksi. Posisi ketiga adalah Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatan dengan peningkatan nilai IKI sebesar 2,33 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Ketiga subsektor tersebut mengalami ekspansi pada ketiga variabel penyusunnya, meskipun pesanan baru untuk subsektor Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatan mengalami penurunan 1,86.

Lebih lanjut, Febri menjelaskan beberapa faktor positif yang mempengaruhi IKI bulan September, antara lain penguatan nilai tukar rupiah, pertumbuhan investasi khususnya di sektor bangunan seiring dengan penyelesaian proyek IKN dan Proyek Strategis Nasional (PSN), serta konsumsi rumah tangga, terutama dari kelas menengah ke atas, yang terus menopang perekonomian.

Namun demikian, secara keseluruhan IKI cenderung stagnan, karena belum ada kebijakan signifikan bagi industri manufaktur yang dikeluarkan oleh kementerian/lembaga lain, misalnya kebijakan merevisi Permendag No. 8 Tahun 2024, Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Gas Bumi untuk Kebutuhan Domestik, Peraturan Menteri Keuangan terkait Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) ubin keramik impor dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) kain impor.

“Saat ini Kemenperin masih menunggu sikap perbankan terhadap kebijakan penurunan suku bunga, sehingga dapat memperbanyak kredit manufaktur. Demikian juga untuk kebijakan harga gas industri yang berkorelasi kuat dengan IKI. Semakin tinggi harga gas akan semakin menekan IKI,” ucapnya.

Sedangkan Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, menambahkan pihaknya telah melakukan upaya peningkatan penetrasi pasar di dalam negeri dengan peningkatan penggunaan produk dalam negeri khususnya di sekolah-sekolah, pembiayaan SNI wajib bagi IKM, pemantauan pemberlakuan BMTP kain yang sudah terbit, dan percepatan pengajuan BMTP pakaian jadi yang masih dalam proses.

Momentum Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) juga membantu mendorong konsumsi industri pengolahan dengan penggunaan produk dalam negeri, baik untuk persiapan pelaksanaannya nanti maupun dalam kampanye. (Muhammad Raya)

Related posts