Gorontalo, Maritim
UNTUK pertama kali, Provinsi Gorontalo melakukan ekspor kayu olahan dsengan tujuan ke Taiwan, yang dilakukan oleh PT Mitra Citra Permata dan dikirim melalui Pelabuhan Anggrek di Kabupaten Gorontalo Utara.
Dalam penjelasan kepada awak media, H. Idris Rahim Wakil Gubernur Gorontalo sebutkan, berdasar data bea cukai, nilai ekspor Provinsi Gorontalo pada periode bulan Januari 2018 hingga dengan Agustus 2018 masih sangat kecil, yaitu sebesar 0,03% dari total nilai ekspor nasional. Hal ini disebabkan banyak komoditas dari Gorontalo yang diekspor ke luar negeri melalui daerah lain, seperti Surabaya, Jakarta, dan Makassar, sehingga dalam data ekspor nasional tercatat sebagai ekspor daerah-daerah tersebut.
Ujar Wagub: “Ekspor kayu olahan ini adalah sejarah baru bagi Provinsi Gorontalo, apalagi ekspor ini dilakukan langsung dari salah satu pelabuhan di Ptovinsi Gorontalo menuju ke Taiwan”.
Karena itu Wagub mengapresiasi terobosan yang dilakukan oleh Tim Optimalisasi Ekspor Gorontalo yang mengajak para pengusaha melakukan ekspor komoditas daerah Gorontalo langsung dari Pelabuhan Gorontalo dan Anggrek. Ekspor langsung kayu olahan merupakan terobosan awal Tim Optimalisasi Ekspor yang merupakan kerjasama beberapa instansi yang terdiri dari Bea Cukai Gorontalo, Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Gorontalo, Pelindo IV Gorontalo, Garuda Indonesia, dan Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo.
“Pemprov Gorontalo akan sediakan karpet merah untuk membangkitkan gairah pengusaha dalam ekspor langsung. Pelayanan akan ditingkatkan agar ekspor langsung kian banyak, hingga banyak devisa yang masuk, yang akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat akan makin meningkat” ujat Wagub Gorontalo.
Sementara itu Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Gorontalo, Dede Hendra Jaya jelaskan strategi yang dilakukan oleh Tim Optimalisasi Ekspor Gorontalo yaitu secara agresif merangkul dan mengajak para pengusaha memanfaatkan mekanisme petikemas ekspor secara langsung yang biaya pengangkutannya lebih hemat buila dibanding dengan pengangkutan menggunakan kontainer domestik. Jelas Dede Hendra: “Penggunaan petikemas ekspor langsung akan mengurangi biaya angkutan sampai dengan 60%. Fasilitas pelabuhan kita sudah memadai dan prosedur ekspor juga sudah sangat cepat. Kekurangan kita tinggal kurang tersedianya petikemas khusus ekspor. Untuk itu kita akan kumpulkan para pengusaha, agar pasar petikemas ekspor itu ada”.
Menurut data KPPBC Gorontalo, ekspor Provinsi Gorontalo selama periode Januari sampai Agustus 2018 terdiri dari komoditi jagung dengan jumlah 109.800 ton senilai USD29,43 juta, komoditi molases 24.006 ton senilai USD1,95 juta, dan komoditi bungkil kopra 6.000 ton senilai USD930.000. Ketiga komoditi tersebut diangkut dengan kapal curah. Sementara untuk ekspor komoditi ikan tuna sebanyak 15 ton dengan nilai USD139.000 diangkut dengan penerbangan yang diselenggaran oleh maskapai Garuda Indonesia.***ERICK ARHADITA