Tjetjep Zahrudin, Pegiat Ekspor Pelabuhan Priok.
JAKARTA-MARITIM: Kegiatan ekspor melalui pelabuhan Tanjung Priok masih menggeliat khususnya untuk komoditi antara lain; cruide palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit dan turunannya, serta produk komsumsi.
Dirut PT.Tenders Marine Indonesia (TMI) Tjejep Zahrudin, mengatakan eksportasi itu umumnya ke negara-negara Timur Tengah dan Asia.
“Kendalanya saat ini hanya berkaitan dengan kemacetan dijalan raya yang seharusnya bisa ditempuh dalam waktu satu hari untuk masuk ke pelabuhan setelah stufing atau pengambilan peti kemas empty, namun kini bisa memakaan waktu dua hari,” ujar Tjejep, Senin (26/11).
Dia juga mengatakan, kendala lainnya yakni belum semua fasilitas depo peti kemas kosong (empty) buka 24 jam dalam sehari sehingga kadangkala untuk pemuatan peti kemas (stufing) harus menunggu keesokan harinya lantaran aktivitas pabrikan sudah tutup.
Sebagai pegiat ekspor, Tjejep mengharapkan kendala-kendala itu bisa dicarikan solusi supaya kinerja ekspor khususnya melalui pelabuhan Tanjung Priok bisa lebih tumbuh.
Disisi lain, imbuhnya, untuk jadwal batas akhir waktu pengapalan (clossing time) dan penimbunan (stacking) di terminal peti kemas pelabuhan dapat disesuaikan dengan jadwal dari perusahaan pelayaran.
“Kadangkala jadwal itu melenceng. Salah satunya yakni rencana kedatangan kapal seringkali berubah sehingga menimbulkan cost tambahan penumpukan peti kemas ekspor,” sergahnya.
Dia mengatakan, terhadap kejadian delay kapal yang masuk ke dermaga pelabuhan untuk bongkar muat semestinya menjadi beban perusahaan pelayaran bukan ikut ditanggung oleh pengguna jasa/pemilik barang.
“Kalau kapal delay lebih dari lima hari dari stacking awal, sementara pembebasan biaya penumpukan ekspor (sesuai aturan) hanya maksimal lima hari maka kelebihan waktu penumpukan jangan dibebankan ke pemilik barang atau eksportir,” tandasnya.(mad/hb)