JAKARTA-MARITIM : Sea Indonesia 2025 kembali digelar tahun ini. Pameran kemaritiman terbesar dan terlengkap di Indonesia tersebut berlangsung 14-16 Mei 2025. Menghadirkan lebih dari 150 peserta dari dalam dan luar negeri, pameran ini menjadi ajang bertemunya pengusaha kemaritiman Indonesia dan internasional untuk membangun kolaborasi bisnis.
Kegiatan reguler dua tahunan tersebut, Rabu (15/5) dibuka oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperi), Setia Diarta, yang diwakili oleh Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan (IMATAP), Mahardi Tunggul Wicaksono, dengan pemukulan gong.
Acara yang berlangsung di JIExpo Kemayoran tersebut, dihadiri oleh CEO PT Kshatriya Piningit Kamulyan, Johnson W Sutjipto, didampingi para direksi lainnya, Ketua Umum DPP Institusi Perusahaan dan Sarana Lepas Pantai Indonesia (Iperindo), Ketua Umum DPP Perkumpulan Industri Komponen Kapal Indonesia (PIKKI), peserta Expo dan para undangan.
Johnson mengatakan dalam sambutannya, kegiatan Sea Indonesia 2025 merupakan kesempatan yang sangat bagus bagi pelaku usaha kemaritiman Indonesia untuk membangun kolaborasi dan kerja sama dengan perusahaan kemaritiman global.
Selama tiga hari, katanya, para exhibitor dan visitor dapat saling bertukar pandangan dan informasi serta dapat melakukan kerja sama bisnis dan investasi.
Dijelaskan, acara ini, menyediakan segala yang diperlukan untuk mendukung terwujudnya kerja sama bisnis dan investasi.
Pelaksanaan ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia sehingga perlu terus menyalakan semangat kemaritiman.
Selain itu, ekonomi Indonesia ke arah yang lebih baik menuju pertumbuhan 8% dalam lima tahun ke depan membutuhkan konektivitas antar pulau dan antar negara yang andal.
Pelaksanaan ini juga bertepatan dengan 20 tahun implementasi asas cabotage di Indonesia sesuai dengan Instruksi Presiden No. 5 tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional.
Dengan demikian, acara ini adalah bagian dari dukungan masyarakat maritim terhadap program pemberdayaan industri kemaritiman Indonesia.
“Kami berharap, acara ini dapat memberikan warna tersendiri dalam Pembangunan Indonesia ke depan dan menjadi icon penting untuk mewujudkan kemandirian Indonesia menuju Indonesia Emas 2045,” katanya.
Sementara Direktur IMATAP Kememperin, Mahardi Tunggul Wicaksono, mengatakan Kemenperin memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas terselenggaranya pameran industri Sea Indonesia 2025, dengan mengambil tema Maritime One Stop Shop (MOSS).
Ajang ini merupakan pertemuan yang penting bagi para pelaku industri maritim dan pengguna jasa, serta menjadi platform strategis untuk bertukar informasi, teknologi, dan inovasi terbaru di bidang industri maritim.
Sekaligus juga menjadi jembatan penghubung pelaku industri dengan peluang bisnis baru yang berharga, serta mendorong peningkatan daya saing industri maritim Indonesia di kancah global.
Dalam perekonomian nasional, industri maritim Indonesia memegang peranan yang sangat penting. Pada tahun 2024, sektor maritim Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan dalam berbagai sub-sektor, seperti perikanan, transportasi laut, dan industri galangan kapal.
Menurut data BPS, kontribusi sektor perikanan terhadap PDB nasional mencapai 2,6%, sementara sektor transportasi laut dan logistik menyumbang sekitar 5%. Pertumbuhan yang signifikan ini tidak lepas dari berbagai kebijakan dan inisiatif yang diterapkan oleh pemerintah untuk memperkuat infrastruktur dan memodernisasi armada kapal.
Ditambahkan, industri perkapalan juga memegang peran penting dalam sistem logistik nasional dan perekonomian maritim. Saat ini terdapat sekitar 342 industri galangan kapal yang tersebar di 29 provinsi, dengan kapasitas fasilitas terbesar mencapai 300.000 DWT, dan menyerap lebih dari 46 ribu tenaga kerja.
“Industri perkapalan nasional telah mampu membangun beragam jenis kapal, mulai dari kapal niaga, kapal penumpang, hingga kapal perang. Hal ini didukung oleh 127 perusahaan komponen kapal bersertifikasi marine class. Selain itu, hingga saat ini tercatat 560 sertifikat TKDN telah diterbitkan, dengan tingkat kandungan lokal berkisar antara 10,24% hingga 81,35%,” ungkap Tunggul.
Saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 1.600 kapal niaga yang berusia lebih dari 25 tahun. Hal tersebut merupakan potensi besar yang dapat ditangkap oleh industri galangan kapal untuk melakukan peremajaan kapal yang berusia lebih dari 25 tahun.
Selain itu, untuk memenuhi peningkatan produksi perikanan tangkap, dibutuhkan sekitar 3.400 kapal ukuran 100 GT sampai dengan 1.000 GT dalam beberapa tahun ke depan. Potensi-potensi pembangunan kapal tersebut juga merupakan sebuah peluang bagi penguatan industri komponen kapal nasional kita.
“Industri maritim nasional, baik industri komponen kapal, galangan kapal, maupun bangunan lepas pantai di dalam negeri menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan. Berdasarkan data BPS, dalam sepuluh tahun terakhir, nilai ekspor industri maritim terus meningkat secara kumulatif. Pada tahun 2024, nilai ekspor produk dengan kode HS 89 tercatat sebesar US$853 juta. Bahkan, pada tahun 2022, Indonesia mencatatkan nilai ekspor tertinggi untuk HS 89 sebesar US$1,25 miliar. Capaian ini mencerminkan bahwa kualitas dan keahlian industri maritim nasional telah mampu memenuhi standar internasional,” ujar Tunggul.
Terkait komitmen Indonesia mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat, sektor industri maritim juga memiliki peran penting dalam transisi menuju ekonomi hijau. Pembangunan kapal ramah lingkungan, penggunaan energi terbarukan dalam operasional galangan, hingga pengembangan sistem propulsi yang rendah emisi adalah langkah strategis yang perlu segera diakselerasi.
“Kami mendorong agar pelaku industri galangan kapal, permesinan, dan kelautan dapat bertransformasi menuju industri maritim yang lebih hijau dan berkelanjutan. Sehingga tercapai industri maritim Indonesia yang ramah lingkungan di kawasan Asia Tenggara,” tutupnya. (Muhammad Raya)