SETELAH hapir sepekan relatif tenang, Sabtu (9/12/2017) jam 07.48 Wita, kemudian disusul jam 09.47 Wita, lewat CCTV Pos Rendang dan Batulompehteramati adanya sinar api yang keluar dari kawah Gunung Agung. Berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) visual Gunung Agung tampak jelas, dengan asap yang keluar dari kawah bertekanan sedang, berwarna putih – kelabu dengan intensitas tebal dan tinggi 500-1500 meter di atas puncak kawah. Tercatat pula 8 gempa hembusan, 6 gempa low frekuensi, dan 3 gempa tektonik jauh. Juga terekam tremor terus menerus dengan amplitudo 1 sampai 2 milimeter (dominan 1 milimeter).
Gunung Agung kembali murka ? Sulit untuk katakan ya atau tidak. Yang jelas hingga saat ini Ardi Tolangkir, sebutan lain untuk gunung tertinggi di Bali itu, masih berada di level IV atau awas. Masyarakat pun diimbau agar tak lakukan pendakaian dan aktivitas di dalam area kawah Gunung Agung maupun radius 8 km dari kawah, ditambah perluasan sektoral sejauh 10 km dari kawah.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat Gunung Agung, kembali erupsi dengan menyemburkan asap berwarna kelabu tebal yang bertekanan sedang. Devy Kamil Syahbana, Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBGdi Pos Pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang mengataka: “Asap menyembur dengan ketinggian sekitar 2.100 meter di atas puncak, condong mengarah barat mengikuti arah angin. Erupsi bertekanan sedang yang terjadi itu menandakan aktivitas vulkanik masih tinggi meski sejak beberapa hari belakangan sempat mengalami jeda”.
PVMBG mencatat enam kali aktivitas kegempaan frekuensi rendah beramplitudo 11-25 milimeter, tiga kali tektonik jauh dan delapan kali embusan beramplitudo 4-24 milimeter pada pengamatan pukul 00.00 hingga 06.00 WITA. PVMBG juga merekam tremor menerus atau “microtremor” dengan amplitudo 1-2 milimeter. Erupsi dengan asap tekanan sedang tersebut tercatat merupakan erupsi lanjutan setelah sebelumnya. Sebelumnya, PVMBG merekam berkurangnya gas sulfur dioksida (SO2).Hal itu menandakan dua kemungkinan, yakni laju magma yang naik ke permukaan melemah karena kehilangan energi akibat gas magmatik makin berkurang yang pada akhirnya habis menuju keseimbangan. Kemungkinan kedua terjadinya penyumbatan pada pipa magma sehingga fluida magma yang bergerak ke permukaan terhalang oleh lava di permukaan yang mendingin dan mengeras.
Menurut Devy Kamil, bila kemungkinan pertama yang terjadi, maka potensi erupsi akan berkurang karena magma kehilangan mobilitasnya. Namun, jika kemungkinan kedua yang terjadi, potensi erupsi akan meningkat karena akumulasi tekanan magma bertambah.
Terkait erupsi Gunung Agung, Ni Putu Eka Wiryastuti Bupati Tabanan ungkapkan kekhawatiran terhadap kelangsungan bisnis pariwisata sebagai andalan perekonomian Bali, yang di Tabanan telah mengalami penurunan sangat drastis. Saat menghadiri Pitra Yadnya Sawa Prenawa masyarakat Banjar Gunung Siku, Desa Peken, Belayu, Marga, Jumat (8/12) lalu, ia katakan: “Erupsi Gunung Agung sangat berdampak bagi ekonomi Bali, khususnya di Tabanan. Bener-bener niki (ini sungguh), baru pertama-kalinya pariwisata Bali jebloki. Yang biasanya Tanah Lot satu hari dikunjungi 7 ribu orang, kini turun drastis hanya 4 ratusan orang. Dumogi mangde ten sue niki, nunas ica sareng-sareng (semoga initak berlangsung lama, kita mohon bersama). Walau ini sangat berat, tetapi tiyang(saya) yakin tiap bencana pasti ada hikmahnya. Dan tiyang harapsareng sami mangde kuat, sabar, dan tetap mohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa semoga diberi jalan terbaik. Kita harus selalu syukuri yang ada. Satu yang tiyang mohon, cumpu pikayun, masikian, ampunang toleh(kuatkan kemauan, tetap fokus, jangan tengok) kiri kanan dan selalu jalin komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah, nggih?”.***ERICK A.M.